Wanita itu berjalan perlahan dijalan setapak yang penuh dengan semak-semak ilalang yang sengaja tak dipangkas karna tanahnya tak berpenghuni. Entah apa yang wanita itu ingin lakukan, dengan pakaian menornya ia berjalan bak peragawati yang sedang memamerkan baju mahal karya disigner terkenal. Lalu dipertengahan jalan wanita itu berhenti dan menoleh kearah belakangnya sambil membalikkan badan, namun ia menggelengkan kepala lalu kembali melihat kearah depan dan melanjutkan perjalanannya. Di ujung jalan wanita itu menemukan sebuah persimpangan, ia pun berhenti sejenak untuk memilih antara jalan ke kanan ataupun jalan ke kiri.
Tak lama berselang, wanita itu bukannya memilih salah satu
diantara jalan tersebut, namun malah melepaskan atribut-atribut “menor” yang ia
kenakan sedari tadi dan meletakkannya di tanah. Yang tersisa darinya hanyalah
kaos putih dan celana jeans berwarna hitam yang ia biarkan melekat di tubuhnya.
Wanita itu kembali menoleh kearah belakang seolah menyiratkan bahwa ia ingin
berbalik kebelakang dan pulang ketempat tadi ia memulai segalanya, namun ia
terlihat masih sangat ragu-ragu.
Entah apa yang wanita itu fikirkan, bukannya memilih salah
satu jalan yang telah disediakan. Ia justru nekat menerobos semak-semak ilalang
yang ada didepannya untuk melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda. Terlihat
di wajah wanita itu kalau ia sangat tak mengharapkan bahwa perjalanannya akan
menemui sebuah ujung jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar