Menurut ku, sejarah itu seolah-olah hanya dikenang oleh saksi hidupnya saja.
Entah sudah berapa tahun setelah bergulirnya perang antar suku itu, namun tetap masih akan dikenang oleh orang-orang yang menjadi saksi hidup peristiwa tersebut. Iya kami (aku dan mereka) tentunya, masih tersisa kepingan-kepingan peristiwa itu diingatan kami. Suara sirine ambulance dijalanan seperti tak pernah lelah untuk berteriak, petugas-petugas militer yang berpakaian lengkap dengan senjata ditangannya, wilayah yang sengaja diisolasi, aktifitas yang lumpuh total karna dipaksa libur secara sepihak oleh pemerintah, serta orang-orang yang ketakutan dan bersembunyi di dalam rumah.
Mungkin saat peristiwa itu terjadi aku masih terlalu kecil untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Yang aku ingat hanya saat ibu tak mengizinkan ku untuk bermain diluar rumah tak seperti biasanya, aku juga tak dibolehkan berangkat sekolah padahal libur telah usai, ibu juga menutup rapat-rapat rumah kami serta membiarkan gorden tetap menutupi jendela sepanjang hari. Dan selayaknya anak kecil lainnya, aku hanya manut saat melihat ibu seperti itu. Samar-samar aku masih mengingat tetangga kami pernah berkata bahwa tentara yang berjaga diperbatasan melarang kami untuk bertanya situasi yang sedang terjadi dan menyuruh kami untuk tetap tinggal didalam rumah.
Setelah 13 tahun berlalu tanpa mengetahui apa pun. Akhirnya aku mengetahui tentang kanibalisme yang harusnya tercatat dalam sejarah, khususnya sejarah kota kelahiran ku. Iya, kanibalisme karna peperangan antar suku tersebut. Sebenarnya tak ada satu pun diantara kami yang menginginkan perang ini terjadi, terlepas suku-suku yang bertikai karna mempertaruhkan kehormatan sukunya.
Sebenarnya sederhana, kami hanya ingin kedamaian. Kami tak ingin tanah tempat kami mengijakan kaki menjadi marah, kami tak ingin bumi tempat kami tinggal menjadi kasar , kami tak ingin alam menjadi kejam, dan kami sangat tak ingin Tuhan menjadi murka. Kami ingin kedamaian, karna tempat kami hidup dan tinggal diciptakan Tuhan dengan keanekaragaman budaya dan sukunya. Sehingga kami berharap toleransi dan saling menghargai tetap ada untuk sekarang dan untuk nanti. Dan biarkan masa lalu kelam itu menjadi bagian dari sejarah untuk kami kenang.
-DDA
250612