Selasa, 24 September 2013

Pasir serta Cinta

Cinta itu mungkin kayak pasir yang diterpa ombak. Selalu tetap disitu, dipinggir pantai.
Tapi kata Gian Dwi Oktiana (si alay anak jakal), Pasir juga indah tapi sulit digenggam!
Jadi mungkin deskripsinya bakalan kayak gini :
Kalau kita cinta sama orang, kita harus bisa sabar seandainya dia gak bisa terima kita apa adanya, dia ternyata gak pernah memandang sedikit pun kearah kita, atau pun dia yang lebih memilih cinta yang lain dari pada cintanya kita. Ya kayak pasir gitu, setia dipinggir pantai. Sama kayak kita yang setia untuk bersabar dan menunggu. Tapi bener juga katanya Gian, pasir itu emang indah walau sulit digenggam. Dia emang terlihat indah dikejauhan, tapi kalau bukan lagi milik kita ataupun kita gak bakalan bisa milikin dia yaa berarti cinta kita emang sulit untuk digapai. Sama kayak kita yang berusaha menggenggam pasir sekuat yang kita mampu, pada akhirnya bakalan lepas juga.

-24 september 2013-
hal kecil bisa berarti banyak

Sabtu, 21 September 2013

Kepada Pemilik Punggung yang Hatinya Tak Pernah Sendiri



Aku rajut kembali patahan-patahan sayap ini, berusaha membuatnya kembali utuh agar bisa terbang sekaligus bersama mimpi-mimpiku.

Di hari ini pun aku masih sibuk menikmati punggung mu yang berlalu, yang terus menghilang bersama kegelapan sementara yang aku tahu memori ku lama-kelamaan semakin kan memudar bersama waktu yang datang setiap harinya. Aku selalu mencoba merajut kembali sayap-sayap ku sempat kau patahkan walaupun belum sempat terjadi apapun diantara kita entah itu cinta ataukah kesebelah pihakan yang kurasa.
Kau harusnya sadar bahwa aku selalu mengikuti bayangan mu bahkan saat kau tak bisa menemukan bayangan mu sendiri. Kau mungkin lupa bahwa ada banyak wanita yang memiliki HAK tuk sekedar menikmati punggung mu yang begitu indah. Walau banyak wanita yang tentunya juga ingin menikmati tatapan hangat mata indah mu. Tapi aku adalah wanita yang tak pernah ingin sedikit pun untuk serakah, aku akan sangat puas jika bisa menikmati punggung tegap dan gagah mu yang sedang merangkul wanita mu yang katanya kau cintai itu. Terkadang aku sadar bahwa aku tetap akan jadi sisa makanan yang tidak kau sukai, tergeletak tanpa tersentuh dipinggiran piring mu. Kata lelah mungkin sudah berkali-kali menghampiri ku, menawarkan penyembuh luka yang ku buat sendiri karna keegoisan ku mengenai cinta. Dan lagi-lagi aku tetap saja bertahan, bertahan tuk menjadi pengagum punggung mu.
Barisan doa-doa setiap aku menyapa Tuhan tak pernah sekali pun aku lewatkan untuk menyertai nama mu, mungkin malaikat-malaikat Tuhan akan bosan jika mendengar aku yang selalu meminta keajaiban agar kau dapat melihat ke arah ku. Suatu kali aku mendengar kalau kau sudah tak bersamanya lagi, rasanya hari itu dunia seketika menjadi taman bunga tanpa layu. Aku tak dapat mengontrol sendiri perasaan bahagia ku, sementara aku tau disana hati mu tengah berkecamuk sedih. Aku jahat bukan? Tapi didetik yang sama saat aku kembali tau bahwa kabar itu hanya kabar burung semata, apa jadinya perasaan ku? Layaknya taman makam tanpa matahari, kembali gelap.
Bagimana bisa aku hidup normal seperti yang lainnya, sementara perasaan ku masih saja sibuk menunggu dermaganya yang tengah mencari kapal-kapal yang bersandar. Bagaimana bisa mulut naif ku ini berujar kata “ikhlas”? Sementara aku masih ingat betul senyum dibibir tipis mu, mata mu yang berbinar mempesona, bahkan lipatan dibawah mata mu ketika tersenyum. Lalu apa artinya semua ingatan itu jika hanya akan merobek kantong persediaan air mata ku. Kau tampaknya begitu bahagia bersama wanita yang kau pilih menjadi pengisi hari-hari mu.
Nantinya pengorbanan ku untuk menunggu akan dibalas oleh Tuhan dan oleh mu, aku hanya perlu menunggu malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk memberikan keajaiban supaya kau dapat memalingkan punggung mu dan menatapkan mata indah mu tepat di mata ku. Disaat itulah, aku akan percaya bahwa keajaiban juga ada untuk ku.