Kamis, 16 Agustus 2012

Dirgahayu Indonesia ku

Izinkan aku bernostalgia dengan sepucuk kertas masa lalu tentang pengorbanan.
Izinkan aku untuk sesaat termenung mengenang tentang kerja keras.
Lalu izinkan aku untuk selamanya mengerti tentang arti menghargai dan bertrima kasih.

Masih sama, hari pun 17 Agustus sama seperti tahun kemarin dan kemarinnya. Tapi jelas tak sama saat 67 tahun yang lalu saat Bung Karno mendeklasikan kemerdekaan Indonesia.
Apa yang membuatnya berbeda?
Aku. Jelas aku yang slalu membuatnya tak sama. Karna aku tak bisa merasakan pengorban para pejuang yang mati-matian berjuang untuk masa depan yang ada aku didalamnya.
Sebait kata terima kasih pun mungkin tak cukup. Hanya dengan memperbaiki Bangsa ini agar menjadi lebih baik pasti akan membuat para pejuang tersenyum "disana".

Dirgahayu Indonesia ku. Semoga kita benar-benar terlepas dari bentuk penjajahan apapun.

17 Agustus 2012

Senin, 13 Agustus 2012

Amnesia sesaat

Ini dimana? Ini tempat apa? Aku siapa? Lalu mereka siapa? Aku tak bisa mengingatnya.

Kenapa tempat ini begitu asing untuk ku. Keramaian dan kepadatan ini membuat mata ku seperti menolak untuk melihatnya. Tempat seperti apa ini? Kenapa seolah-olah tak ada sedikit pun ruang untuk ku? Lalu mereka siapa? Kenapa pembicaraan mereka terdengar asing di telinga ku. Dan tak ada seorang pun yang bisa membuat ku mengerti mengenai pembicaraan mereka.

Dan, aku ini siapa? Apa mereka mengenal ku? Ataukah aku yang mengenal mereka?
Aku ini dimana? Apa aku tersesat?
Apa mungkin aku hanya tersesat di alam fikiran-fikiran ku hingga menimbulkan opini yang sesaat. Sungguh aku lupa, aku tak bisa mengingatnya.

Tapi sepertinya ini bukan surga, karna disini begitu panas. Tapi bukan juga neraka, karna tak ada api disini. Mungkin ini masih di Bumi dan bukannya di planet yang baru ditemukan. Sepertinya disini juga masih beratapkan langit dan dialasi oleh tanah dan bebatuan. Namun, disini tak ada yang bisa aku kenali karna semua telah berubah. Tak sama seperti dulu lagi. Berbedaaaaaa......


24-07-12

Diskusi dengan malam

Mungkin malam benar, cinta itu terlalu kejam untuk ku. Mungkin lewat gelap, malam bercerita tentang pengharapan sia-sia ku. Tentang betapa kasihannya dia harus menjadi orang yang aku cintai. Tentang betapa malunya dia kalau orang-orang mengetahui bahwa aku pernah mencintainya.

Malam mengajarkan aku tentang kesunyian, tentang apa yang aku inginkan harus aku usahakan dulu. Tapi apa daya ku malam?
Aku bukanlah siapa-siapa, bukan wanita cantik, bukan wanita kaya, bahkan bukan wanita yang memiliki tubuh yang ideal, apalagi wanita cerdas.
Aku hanya manusia bodoh yang tiba-tiba jatuh cinta kepadanya hingga tak sadar diri sampai dengan lancangnya diam-diam memperhatikannya. 
Apa aku salah malam?
Hati ini memang milik ku, harusnya aku menjaganya supaya tak sembarangan jatuh hati kepada orang lain.

Aku akan mengubur dalam-dalam rasa ini, supaya tak ada yang merasa malu karna ulah konyol ku. Kan ku tutup rasa ini, supaya dia tak perlu lagi tahu kalau aku ini pernah ada disekitarnya.


10-08-12

Minggu, 12 Agustus 2012

Journey


Wanita itu berjalan perlahan dijalan setapak yang penuh dengan semak-semak ilalang yang sengaja tak dipangkas karna tanahnya tak berpenghuni. Entah apa yang wanita itu ingin lakukan, dengan pakaian menornya ia berjalan bak peragawati yang sedang memamerkan baju mahal karya disigner terkenal. Lalu dipertengahan jalan wanita itu berhenti dan menoleh kearah belakangnya sambil membalikkan badan, namun ia menggelengkan kepala lalu kembali melihat kearah depan dan melanjutkan perjalanannya. Di ujung jalan wanita itu menemukan sebuah persimpangan, ia pun berhenti sejenak untuk memilih antara jalan ke kanan ataupun jalan ke kiri.

Tak lama berselang, wanita itu bukannya memilih salah satu diantara jalan tersebut, namun malah melepaskan atribut-atribut “menor” yang ia kenakan sedari tadi dan meletakkannya di tanah. Yang tersisa darinya hanyalah kaos putih dan celana jeans berwarna hitam yang ia biarkan melekat di tubuhnya. Wanita itu kembali menoleh kearah belakang seolah menyiratkan bahwa ia ingin berbalik kebelakang dan pulang ketempat tadi ia memulai segalanya, namun ia terlihat masih sangat ragu-ragu.

Entah apa yang wanita itu fikirkan, bukannya memilih salah satu jalan yang telah disediakan. Ia justru nekat menerobos semak-semak ilalang yang ada didepannya untuk melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda. Terlihat di wajah wanita itu kalau ia sangat tak mengharapkan bahwa perjalanannya akan menemui sebuah ujung jalan.  


Rabu, 08 Agustus 2012

Terbiasa


Terkadang sesuatu yang tidak kamu inginkan terus menghampiri tanpa pernah sedikit pun kamu harapkan kedatangannya.

Sebenarnya sederhana, aku hanya ingin tetap hidup bebas tanpa beban tapi bertanggung jawab setidaknya pada Tuhan ku dan kedua orang tuaku. Selebihnya ya sudahlah, toh yang tahu tentang aku ya cuma diriku sendiri. Kadang waktu membuat jarak namun juga membuat kata terbiasa itu ada. Aku muak jika aku takut terlupakan, hingga detik ini tiba aku sudah tak perduli jika aku tak diingat lagi. Hahaha. Tolol bukan? 

Aku bukannya mau mereka masuk ke dunia ku yang sekarang ini, toh duniaku mungkin masih sama seperti yang dulu. Tapi sesuatu yang aku ingin itu supaya mereka tak lagi hanya perduli dengan dirinya sendiri, dan hanya dengan teman-temannya. Tanpa mau berbagi sedikit cerita dengan orang-orang baru meskipun itu “musuh” sekalipun. Terkadang hal-hal sepele semacam inilah yang datang lalu membuyarkan ku, dan membuatku tak ingin bertemu. Tapi kenangan itu terlalu kuat, kenangan yang masih terlalu membekas. Mereka akan tetap jadi temanku, bagaimanapun. Mungkin akulah yang harus sedikit bersabar untuk perjumpaan yang mungkin akan mengharukan untuk ku sendiri. Mungkin aku yang harus masuk kedunianya mereka lagi, mungkin aku dan mereka sudah tak sama dalam cara pandang. Tapi bukan berarti aku ataupun mereka lebih pintar antara satu sama lain. Mungkin ini adalah fase ku. Mungkin akan datang fase tersendiri untuk mereka. Proses-proses inilah yang akan aku tunggu. Karna tak ada yang salah diantara kami, mungkin ini hanya masalah waktu. Mungkin waktu ku terlalu lama jauh dari mereka, tapi tak pernah sekalipun aku marah atau pun protes, karna ini hanya masalah waktu. Semuanya akan jadi terbiasa.


180712

Minggu, 05 Agustus 2012

Bersahaja

Aroma angin subuh membangunkan ia dilelapnya tidur.
Beralaskan kasur usang dan bantal kapuk ia tertidur dengan lelap.
Tak pernah sekalipun ia lewatkan subuh untuk bercengkrama disudut pagi dengan Tuhan.
Hanya untuk menyapa Tuhan terkadang ia habiskan waktu hingga matahari tak lagi malu-malu untuk bersembunyi dibalik awan.
Rutinitasnya pun dimulai kala matahari tlah tersenyum.
Dilihatnya seisi rumah yang tak mewah namun nyaman.
Lalu mulailah dia dengan semua aktifitas yang sebenarnya membosankan.
Kesendirian membuatnya harus mengerjarkan segalanya sendiri.
Tapi tak apa, baginya melihat rumah bersih adalah kebahagiaan tersendiri.
Raut wajahnya nampat lelah, namun tak pernah dia bercerita tentang kelelahannya.
Dia begitu bersahaja dikesendiriannya.
Menghabiskan sisa-sisa hidupnya dengan kebahagiaan yang ia ciptakan sendiri.


-DDA-310712

Rabu, 01 Agustus 2012

???

Sebuah sayatan kecil yang membuat noda sebab tajamnya ranting pohon
Seolah mengguratkan sebuah bekas abadi dikulit mulus mu
Kecintaan mu pada diri sendiri membuat mu seakan-akan melupakan dunia
Bahkan kau dengan teganya menyalahkan ranting pohon yang tak berdaya
Karna apa?
Karna kau tak sanggup untuk menyalahkan diri mu sendiri

Kau bisa menjadi gila jika barang yang kau impikan tak ada digenggaman mu
Padahal barang-barang itu sama seperti barang lainnya, hanya menumpul dilemari yang tak bertuan
Kau bisa tiba-tiba menangis sejadi-jadinya saat benda-benda kesayangan mu terkena noda
Padahal Tuhan mu lah yang harusnya kau tangisi
Kau bisa terlihat begitu bodoh saat tertawa sendiri memandangi semua koleksi mu
Padahal kau lah yang pantas untuk ditertawai

Kau sudah diperbudak oleh kecintaan mu yang semu
Kau terlalu tolol hingga terbawa ke dunia hedonisme mu

Kau tak ingat, kau itu dulu siapa?
Bukannya kau hanya gadis desa yang mencoba bertahan dikejamnya kota
Namun tersesat dan terpaksa hidup disana
Lalu kenapa kau jadi begitu sombongnya?
Tanyakan lah pada dirimu siapa yang lebih pantas untuk kau cintai


-DDA