Aku ingin memujamu.
Lebih dari apapun, aku sangat sangat ingin memujamu.
Walau ku tahu, kau mungkin seharusnya tak pantas untuk aku puja.
Halah, persetan sajalah dengan ini semua.
Aku pun duduk manis disini bukannya untuk menunggu mu membalas semua yang pernah aku sebutkan tentang mu.
Angin mungkin akan jadi saksinya, iyaaa.
Dialah yang terlalu setia untuk menjadi temanku dikala lelah menghampiriku kala menunggu mu.
Dia slalu berkata, kenapa aku masih saja setia menunggu mu untuk pulang menemuiku.
Aku hanya bisa tertawa mendengarnya.
Bukannya sederhana, kala sang istri menunggu suaminya pulang setiap hari?
Tapi angin berkata lagi, bahwa dia sudah tak pernah lagi pulang untuk menemuiku.
Aku slalu mencoba menghibur diri ku sendiri saat angin berguman seperti itu kala senja tenggelamnya matahari tlah tiba.
Mungkin kau belum bisa pulang hari ini.
Tapi besok aku akan kembali menunggu mu disini bersama angin.
Hingga kau benar-benar datang membawa sejuta cerita yang akan kau bagi kepada ku.
DDA
-220912