Senin, 22 Oktober 2012

TATTO !!

   Pandangan ataupun persepsi orang-orang mengenai "hal-hal" yang sudah terlanjur di doktrin ke otak mereka terkadang sulit untuk diubah. Mereka selalu menganggap itu adalah salah dan ini lah yang bener, itu jahat dan ini lah yang baik, selalu dan selalu begitu. Sulit untuk mengubah persepsi-persepsi yang sudah terlanjur terekam diotak, salah satunya mengenai "tatto". Orang-orang selalu beranggapan bahwa orang yang mentatto tubuhnya adalah preman-preman pasar yang berwajah sanggar ataupun orang yang terlihat jahat bahkan orang-orang yang kurang kerjaan sehingga menghiasi tubuh mereka dengan gambar atau tulisan yang abadi. Ini lah yang terjadi di masyarakat kita hingga sekarang, pandangan-pandangan sinis dari mata masyarakat selalu bermuara kepada orang-orang yang bisa dibilang mengekspresikan kreativitas mereka lewat tatto.
   Terlepas dari ajaran salah satu agama yang tak membolehkan umatnya mentatto tubuh mereka, atau sekedar mempertanyakan sebegitu kreatifnya kah mereka hingga menjadikan tubuhkan sebagai media untuk mengekspresikan diri. Disini aku hanya sekedar ingin mengingatkan bahwa sebenarnya tatto juga salah satu kebudayaan Bangsa Indonesia yang sepertinya sudah dilupakan. 
   Dahulu orang-orang disetiap suku Dayak di Kalimantan akan mentatto tubuh mereka. Tatto-tatto tersebut akan melambangkan kelas sosial di suku mereka dan juga sebagai identitas bagi mereka. Tatto sendiri seperti kewajiban bagi mereka, karna yang memiliki tatto berarti memiliki "ilmu" yang tinggi. Tatto yang sangat terkenal adalah Tatto Bunga Terung yang biasanya diletakkan di pundak kiri dan kanan.
   Namun seiring berjalannya waktu, tepatnya sebelum Reformasi berlangsung di Indonesia ketika Orde Baru masih bergejolak. Masyarakat pun mulai terdoktrin oleh Sang Penguasa. Pemerintah pada jaman itu mulai kehilangan cara untuk mengatasi "preman-preman pasar" yang meresahkan. Aku sebenarnya tak pernah menuduh pemerintah yang menjadi dalang utamanya. Namun, kenyataan yang menjawab bahwa telah ditemukan orang-orang yang memiliki banyak tatto di tubuh mereka tewas di selokan-selokan pasar. Dan pemerintah pun seolah memberi sangsi sosial kepada mereka. Dan masyarakat pun akhirnya mulai terdoktrin hingga orang-orang di Suku Dayak lah yang paling terkena imbas dari sangsi sosial ini.
   Bisa dibayangkan apa yang terjadi pada waktu itu? Sangsi sosial memang terlalu kejam dan imbasnya pun begitu nyata. Di dalam pemerintahan sendiri begitu jelas terlihat, ada larangan bahwa PNS tak dibolehkan memiliki tatto di tubuh mereka. Bagaimama nasib orang-orang suku Dayak kala itu? Apa mereka tak dibolehkan menjadi PNS? Padahal mereka harusnya memiliki hak yang sama di Negera sendiri. Hal itulah yang menyebabkan orang-orang Dayak mulai meninggalkan tatto sebagai identitas mereka. Dari informasi yang aku ketahui, sekarang hanya Kepala suku dan Pemuka Adat saja yang masih tetap menjadikan tatto sebagai identitas suku mereka.
   Disini aku tak pernah menyarankan orang-orang untuk mentatto tubuh mereka sebagai bukti kecintaan terhadap budaya sendiri. Aku juga tak membenarkan tentang tatto itu sendiri sebenarnya. Aku hanya sekedar membagi informasi kepada kalian. Kebebasan berekespresi ada ditangan kalian masing-masing dan Hak Asi kalian sebagai manusia membuat kalian bebas memilih jalan yang memang terbaik menurut kalian asalkan tidak merugikan orang lain.

-DDA
17 Oktober 2012