Pagi ini rasanya kembali seperti pagi sebelumnya, rutinitas yang berisik
mengganggu telingga ku dan yang terlintas di fikiran ku hanya ada satu
kata yaitu kota. Tapi hangatnya matahari pagi masih bisa aku rasakan
walaupun sudah tercampur oleh polusi udara. Kicauan burung di desa yang
menenangkan hati berganti dengan suara klakson yang seperti dengan
sengajanya dibunyikan sekuat mungkin. Ternyata memang beda, ini memang
kota. Seberusaha apapun aku membayangkan tentang damainya desa, yang
selalu muncul hanya kota yang gemilau tapi memuakkan.
Aku mulai berjalan untuk mencoba tak melepaskan pagi ku yang takut
ku lewatkan. Mungkin pagi di kota tak kan selama pagi di desa, maka
mulailah aku nikmati pagi ini agar tak dimakan oleh siang.
Sinar matahari yang mulai menusuk kulit ku dapat ku pahami, jika
pagi tak lagi hangat seperti dulu. Mungkin aku tak bisa menyalahkan pagi
jika menjadi terlalu kejam sekarang. Kulangkahkan kaki ku untuk
memulainya, dengan tatapan mata kosong serta aroma angin kota yang
mencoba mengajakku sekedar untuk bercengkrama. Aku pun berjalan pelan
melewati orang-orang yang dengan segala kesibukannya di pagi hari begitu
tegangnya melewati pagi yang sedikit nakal hari ini. Dengan tatapan
mata yang masih kosong ini, aku pun tertawa kecil karna aku juga pernah
ada diposisi mereka tapi tidak untuk hari ini.
Pagi ku tak lama lagi akan dimakan oleh siang, matahari pun semakin
menunjukan kekuatannya. Ini pertanda bahwa pagi yang sedang aku nikmati
telah usai. Dan aku harus kembali keperaduan ku untuk mencoba melihat
tentang siang. Dan kesibukan akan pagi juga telah usai, segalanya yang
indah di pagi hari sekarang begitu berkilauan karna panasnya sengatan
matahari.
-DDA-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar