Minggu, 24 Juni 2012

Pagi Ku

Pagi ini rasanya kembali seperti pagi sebelumnya, rutinitas yang berisik mengganggu telingga ku dan yang terlintas di fikiran ku hanya ada satu kata yaitu kota. Tapi hangatnya matahari pagi masih bisa aku rasakan walaupun sudah tercampur oleh polusi udara. Kicauan burung di desa yang menenangkan hati berganti dengan suara klakson yang seperti dengan sengajanya dibunyikan sekuat mungkin. Ternyata memang beda, ini memang kota. Seberusaha apapun aku membayangkan tentang damainya desa, yang selalu muncul hanya kota yang gemilau tapi memuakkan.

Aku mulai berjalan untuk mencoba tak melepaskan pagi ku yang takut ku lewatkan. Mungkin pagi di kota tak kan selama pagi di desa, maka mulailah aku nikmati pagi ini agar tak dimakan oleh siang.

Sinar matahari yang mulai menusuk kulit ku dapat ku pahami, jika pagi tak lagi hangat seperti dulu. Mungkin aku tak bisa menyalahkan pagi jika menjadi terlalu kejam sekarang. Kulangkahkan kaki ku untuk memulainya, dengan tatapan mata kosong serta aroma angin kota yang mencoba mengajakku sekedar untuk bercengkrama. Aku pun berjalan pelan melewati orang-orang yang dengan segala kesibukannya di pagi hari begitu tegangnya melewati pagi yang sedikit nakal hari ini. Dengan tatapan mata yang masih kosong ini, aku pun tertawa kecil karna aku juga pernah ada diposisi mereka tapi tidak untuk hari ini.

Pagi ku tak lama lagi akan dimakan oleh siang, matahari pun semakin menunjukan kekuatannya. Ini pertanda bahwa pagi yang sedang aku nikmati telah usai. Dan aku harus kembali keperaduan ku untuk mencoba melihat tentang siang. Dan kesibukan akan pagi juga telah usai, segalanya yang indah di pagi hari sekarang begitu berkilauan karna panasnya sengatan matahari.

-DDA-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar